Abaikan Orang Shaum, Jika…. #EdisiRamadhan

Rabu, 10 Juli 2013 — Wednesday, July 10th 2013

Baru mulai tarawih karena satu hari yang lalu sedang berhalangan. Seperti biasa, sekitar oukul 18.40 saya bersama ummi dan kakak perempuan saya mulai OTW (On the Way) ke masjidnya. Sampai di masjid sekitar pukul 18.42. Saya memilih barisan akhwat paling depan, karena kalau pilih barisan belakang itu cenderung mojok dan gerah.

Yupp, saya awali basmallah membuka Al-Qur’an yang saya bawa dari rumah. Nah, program ramadhan saya tahun ini menghafal, jadi fokus menghafal, bukan tilawah. Hehehe ๐Ÿ˜€

Layaknya kegiatan di masjid-masjid pada umumnya. Diawali 4 rakaat shalat isya.Dilanjut dengan mendengarkan ceramah atau tauzih dari para ustadz yang ditugaskan mengimami shalat tersebut. Kali ini diisi oleh : Ust.Ibrahim. Tapi beliau biasa saya panggil Ayah. Jujur, saya sendiri cukup gak ngerti, kenapa beliau saya panggil dengan panggilan “Ayah” awesome called. ๐Ÿ™‚

Oke.. back to our discussing topics. “Abaikan orang Shaum!” Nah lho.. Why? Kenapa? Kenapa harus diabaikan? Yaahh.. Diabaikan karena beberapa alasan tertentu.

Abaikan orang shaum, jika “Ia belum meminta maaf kepada orang tuanya.”

Abaikan orang shaum, kalau “Ia belum meminta maaf kepada istri dan suaminya.”

Abaikan orang shaum, jikalau “Ia belum saling meminta-memaakan sesamanya.”

Maaf sekali lagi adalah faktor penting dalam menjalani sebuah keharmonisan hubungan antara sesama. Sebuah kesalahan atau masalah hanya bisa dimaafkan jika berdamai, atau bisa kita sebut dengan “Saling Memaafkan”. Jika kita sudah memaafkan kesalahan seseorang, tipis kemungkinan kita menggunjingkan orang tersebut bersama kawan, atau ย bahkan bisa menyambung silaturahim. ๐Ÿ˜€

Yo yo yo! I’ll take conclusion! ๐Ÿ˜€

“Meminta maaf, memaafkan, saling meminta maaf, dan saling memaafkan. :D”

Semoga bermanfaat tulisan kali ini, maaf sebesar-besarnya kalau kurang nyambung. Saya masih dalam tahap โ€œbelajarโ€ menulis. Syukron jazakallah atas parsitipasinya!ย :D

——————————–

Mohon maaf lahir batin dari penulis,, ๐Ÿ™‚

 

Wafa Nur Izzah